(Tulisan ini meraih juara 2 pada Lomba Essai PC PMII Jombang dalam agenda Memaknai Kemerdekaan Republik Indonesia yang ke-79 tahun)
Organisasi pergerakan mahasiswa islam Indonesia yang merupakan salah satu elemen mahasiswa yang terus bercita-cita mewujudkan indonesia kedepan menjadi lebih baik. Ide dasar berdirinya Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) bermula dari adanya hasrat kuat para mahasiswa Nahdliyin untuk membentuk suatu wadah (organisasi) mahasiswa yang berideologi Ahlussunnah Wal Jama’ah (Aswaja). Sebelum berdirinya PMII, sudah ada organisasi mahasiswa Nahdliyin, namun masih bersifat lokal. Organisasi itu diantaranya Ikatan Mahasiswa Nahdlatul Ulama (IMANU) berdiri pada Desember 1955 di Jakarta. Selanjutnya dirikan Keluarga Mahasiswa Nahdlatul Ulama Surakarta. Kemudian berdiri juga Persatuan Mahasiswa Nahdlatul Ulama (PMNU) di Bandung. Selain organisasi tersebut, ada pula mahasiswa Nahdliyin yang tergabung pada Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) yang terwadahi pada departemen perguruan tinggi. Adanya berbegai macam organisasi kemahasiswaan yang berafiliasi kepada Nahdlatul Ulama ternyata tidak mampu membendung hasrat untuk berdirinya organisasi mahasiswa nahdliyin secara nasional. Hal itu terbukti pada Konferensi Besar IPNU pada tanggal 14-17 Maret 1960 di Kaliurang Yogyakarta disepakati untuk berdirinya organisasi kemahasiswaan Nahdliyin (Muhlas Adi Putra,2018).
Selanjutnya setelah adanya diskusi itu dibentuklah panitia sponsor berdirinya organisasi mahasiswa Nahdliyin yang berjumlah 13 orang mahasiswa NU dari berbagai daerah. Ketiga belas panitia tersebut kemudian mengadakan pertemuan yang disebut dengan Musyawarah Mahasiswa NU. Pertemuan tersebut diselenggarakan pada tanggal 14-16 April 1960 di Gedung Madrasah Muallimin Nahdlatul Ulama (Gedung Yayasan Khadijah) Wonokromo Surabaya. Selanjutnya hasil musyawarah tersebut diumumkan di Balai Pemuda pada tanggal 21 Syawal 1379 Hijriyah atau bertepatan dengan tanggal 17 April 1960.
Kelahiran PMII diharapkan mampu mendukung keberadaan partai NU yang memerlukan kader partai dalam mensukseskan berbagai program aksi perjuangan kemerdekaan Indonesia. PMII telah berkontribusi besar dalam menjaga dan mempertahankan nilai-nilai kemerdekaan Indonesia.
PMII berkomitmen untuk menciptakan pribadi muslim Indonesia yang bertakwa, berbudi luhur, berilmu, cakap, dan bertanggung jawab. Mereka berfokus pada kaderisasi yang mendalam, dengan tujuan agar setiap kader PMII dapat mengamalkan ilmunya secara kaffah, yaitu dengan mengedepankan Iman, Islam, dan Ihsan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Komitmen ini tercermin dalam visi PB PMII yang berfokus pada transformasi organisasi untuk membuat PMII maju dan mendunia. Dengan demikian, PMII dapat terus berperan dalam mewujudkan visi Indonesia 2045 melalui gerakan kaderisasi yang masif.
PMII juga memahami pentingnya menjaga nilai-nilai baik yang relevan dan tidak tertutup akan perubahan, serta membangun nilai-nilai baru yang sesuai dengan perkembangan zaman. Mereka berpegang pada kaidah “Al-Muhafazhoh ‘alal Qodimish Sholih wal Akhdzu bil Jadidil Ashlah,” yang berarti memelihara yang baik dan menambahkan yang lebih baik.
Dalam konteks ini, PMII tidak hanya berfokus pada pendidikan dan kaderisasi, tetapi juga pada pengembangan ide-ide baru untuk merespon setiap kondisi dan kebutuhan zaman. Dengan demikian, PMII dapat menjadi penggerak bangsa yang efektif dalam memperjuangkan cita-cita kemerdekaan Indonesia.
Dalam kesimpulan, komitmen PMII dalam memperjuangkan cita-cita kemerdekaan Indonesia tercermin dalam visi dan misi yang jelas, serta dalam proses kaderisasi yang mendalam dan berkelanjutan. Dengan demikian, PMII akan terus berperan sebagai penggerak bangsa yang berpengaruh dalam menjaga dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia.
Sesuai dengan namanya, PMII bertujuan untuk menjadi organisasi yang dinamis dan terbuka. Kata “gerakan” diharapkan dapat mencerminkan aspirasi dinamis para intelektual muda. PMII sengaja tidak menggunakan nama NU seperti organisasi kemahasiswaan sebelumnya. Hal ini sebagai upaya menjadikan PMII sebagai organisasi yang terbuka bagi semua pihak. Dinamika mahasiswa progresif diharapkan dapat menjadi wahana pembentukan karakter mahasiswa muslim yang tangguh dan mampu memberikan kontribusi positif bagi negara dan bangsa di masa depan.
Penulis: Nailul Nada, ia merupakan kader PMII Rayon FKIP Komisariat Darul Ulum Universitas Darul Ulum Jombang.