“Politik adalah Strategi untuk Berkuasa, dengan Menyampaikan Beberapa Diksi yang Terkemas Rapi dalam Bentuk Janji”
Statemen di atas tidak sepenuhnya salah. Dalam konteks perpolitikan di Indonesia saat ini, praktik semacam itu sudah menjadi tradisi yang sulit untuk dihindari.
Contoh sederhananya, pada saat pesta demokrasi berlangsung, banyak politisi yang mulai menaburkan janji-janji manis, berharap mendapatkan simpati dan dukungan dari masyarakat yang telah lama diberi upeti. Tidak mengherankan jika belakangan ini masyarakat mulai bersikap antipati terhadap politik. Bahkan, tidak sedikit dari mereka yang beranggapan bahwa “politik adalah kejahatan yang dipertontonkan oleh penguasa untuk melanggengkan kekuasaannya”.
Memang benar, dalam dunia perpolitikan saat ini, banyak orang yang berlaku licik tanpa memperdulikan kode etik. Mereka akan melakukan apa pun, termasuk membangun berbagai macam gimik, demi mendapatkan simpati dari masyarakat.
Di sisi lain, kita juga harus memahami bahwa politik pada dasarnya merupakan aktivitas pendistribusian keadilan dan kesejahteraan yang di tujukan pada masyarakat itu sendiri. Namun, realitas yang kita hadapi saat ini menunjukkan bahwa dalam dunia politik, semua kepentingan di khususkan bagi kaum bangsawan.
Hal-hal seperti itu bukanlah sesuatu yang baru dalam dunia perpolitikan di Indonesia. Melainkan sudah menjadi budaya dan tradisi tanpa ada yang berani mengkritisi karena minimnya edukasi politik di masyarakat. Perubahan menuju politik yang lebih beretika membutuhkan kesadaran dan partisipasi aktif dari seluruh lapisan masyarakat.
Penulis: Rozzi